Pemutaran film Sukarno dan Pengumuman Pemenang Lomba Sejarah
Oleh: Nurhasanah
Hari ketiga dimana saya
mengikuti acara PENTAS dimana kegitatannya tidak lagi di hotel darma, tetapi
di rumah radank yang terletak di kota
baru. Di rumah Radank tersebut di putarnya film Sukarno yang berjudul “
Pengabdian Tanpa Titik Akhir”. Walau film yang di putarkan tidak selesai tetapi
ceritanya di lanjutkan oleh Dr. Mukhlis Paeni (ketua lambang sensor film).
Beliau mengatakan bahwa perjuangan yang dilakukan oleh pemuda sekarang ini
berbeda dengan perjuangan yang dilakukan oleh seorang Sukarno yang telah berjuang
untuk kemerdekaan Indonesia untuk sekarang ini.
Sebagai ketua lambang
sensor film beliau mempunyai hak atas film yang akan ditayangkan, seperti film
Sukarno yang telah dibuat oleh salah satu industry film, Yang mana menurutnya
masih belum layak untuk di tayangkan karena salah satu yang dianggapnya kurang
layak adalah, film yang dibuka dengan lagu terang bulan yang mana masih
menimbulkan kontraversi. Sebagaimana lirik lagu tersebut sama dengan lagu
kebangasaan Malaysia.
Usai pemutaran film,
lagsung dilanjutkan dengan diskusi mengenai film tersebut. Selepas itu barula
para peserta mengunjungi tugu khatulistiwa yang ada di Siantan. Walau sedikit
terganggu dengan turunya hujan secara mendadak, tetapi peserta sangat antusias mengunjungi tugu yang
menjadi ciri khas kota Pontianak
tersebut.
Acara pekan Nasional
cinta sejarah (PENTAS), resmi ditutup pada kamis malam oleh panitia
penyelenggara Kalbar pada pukul 19.30 wib. Pada malam penutupan inilah di
umumkan pemenang lomba karya tulis sejarah dan komik sejarah. Para peserta
sangat antusias sekali di acara penutupan tersebut. Ketiga pemenang karya tulis
sejarah dengan juara tiga dengan tema Integrasi Budaya Negara Melalui Laut dalam
prespektif nilai Budaya dengan jumlah
nilai 82,18 dengan total hadiah Rp 10.000.000, selanjutnya juara kedua dengan
judul makala Oe Juga Olang Indonesia dengan jumlah nilai 82,26 dengan total
hadia Rp 11.000.000. Dan selanjutnya pengumuman yang di tunggu-tunggu oleh para
peserta lomba, yang dibacakan oleh pak
Abdurakhman menyebutkan salah satu judul makalah dengan tema Grebek Sudiri di
Solo dengan jumlah nilai 85,58 dengan total hadiah Rp 13.000.000. Suara tepuk
tangan meriah oleh seluruh peserta pun
memenuhu ruangan yang di isi oleh seratus tiga puluh peserta dari seluruh
mahasiswa Indonesia termasuk Kalbar.
Selanjutnya pengumuman pemenang lomba komik sejarah yang
dibacakan oleh bapak Abdurakhman, juara terbaik pertama dengan jumlah nilai 36,78
dengan jumlah nilai Rp 10.000.000 dengan judul Gusdur dan Pluarisme, juara
kedua masih tetap dengan judul Gusdur sang Penakluk dengan jumlah nilai 37,68
dengan total hadia Rp 11.000.000 dan juara satunya jatuh atas nama Julian Egan
Grafikatama Fak Seni Rupa, IKJ dengan jumlah nilai 40,74 dengan total hadiah Rp
13.000.000.
Melihat para pemenang
lomba membuat saya dan teman saya yaitu sumama menjadi termotifasi dan kagum
bahwa suatu karya yang baik akan menjadikan kita menjadi lebih baik dari yang
lainya begitu juga dengan para nominasi yang masuk sepuluh besar yang
mengalahkan empat puluh peserta yang lainnya itu membuktikan bahwa suatu karya
yang ditulis dengan baik dan dengan data yang lengkap akan membawa kita maju
selangka lebih depan daripada yang lainnya.
Menarik dari para
pemenag lomba disini di mana yang masuk tiga besar yaitu juara satu dan duanya
mengambil tema mengenai tema suku tionghoa.
Pekan Nasional cinta
Sejarah ini membuktikan bahwa, Sejarah itu menarik untuk ditulis, sebagaimana
yang diktakan oleh Ibu Dra. Amurwati D.L,M. Hum (Kasubdit Sejarah yang
mengatakan bahwa” sejarah adalah milik kita semua” Beliau mengatakan Sejarah
juga harus diketahui oleh jurusan-jurusan lain tidak hanya anak-anak yang
memang jurusan Sejarah. Dan beliau juga berpesan bahwa Pekan Nasional Cinta
Sejarah ini setiap tahun di selengarakan dengan tema yang berbeda tuturnya
ketika memberi penutupan pada kamis malam.