Selasa, 12 November 2013
Kamis, 07 November 2013
Pelajaran dari Pak Becak
Setengah
jam, aku menunggunya. Mau nelfon tak
punya nomornya, terhapus pula’ gerutu ku dalam hati. Ku mulai melihat nama-nama
kontak di hp dan ku cari nama Mba. Ya mba saya lupa bukanya dia yang menlfonnya
tadi malam kenapa tidak saya tanyakan ke dia?
Mba
tukang becaknya belom datang. Udah setengah jam nunggu, ku kirim pesan singkat
ku ke Mba.
Iya
bapaknya lagi diperjalanan.
Setelah
membaca balasan sms baru saya tenang.
Pak
Yusuf, adalah seseorang yang sangat luar biasa menurutku.Umurnya kira-kira enam
puluh tahun menurut ku. Perjumpaan ku tiga bulan lalu , ketika saya dan Mba
kebingungan untuk membawa hasil belanjaan, karna mobil yang biasa kami gunakan
sudah satu minggu rusak.
Hari
itu, kami menanyakan ke tukang parkir pasar flamboyan. Ada tidak tukang becak
yang mau mengantarkan barang kami di parit haji husin 1 tanya kami ke tukang
parkir. “Ada di sebarang jawabnya, Pak haji panggilnya ke tukang becak yang di
maksud. Segera mungkin dia berlari menghampiri di mana aku dab Mba berdiri.
Biri-buru ku tanyakan kepadanya.” Bisa antarkan belanjaan kami ke Paris satu
Pak? Bisa jawabnya,sambil menganggkat belanjaan kami ke becaknya.
Berapa
Pak? Tanya Ku saat dia selesai membawa belanjaan ku.
Terserah,
seikhlasnya saja.
Aku
saling pandang dengan mba, tanda kebingungan mau memberikan berapa yang harus
kami bayar atas jasa angkutanya. Jawaban yang tak aku sangka-sangka karna
sangat berbeda dengan tukang becak yang aku tanyakn satu hari yang lalu.
Hari ini
aku kembali menggunakan jasa nya. Dan rasa kagumku ke sosok orang penarik becak
ini ketika beliau meminta maaf atas keterlambatnnya untuk datang mengambil
barang-barang belanjaanku.
“Maaf
bapak terlambat! tadi subuh ada kegiatan safari fajar mendadak. Tadi malam
sekitar jam sepuluh baru di beberi tahu ke saya. Jadi setengah enam baru
selesai acaranya. Tuturnya ke aku.
Selain
murah hati, beliau juga aktif sebagai jamaah masjid dan sekaligus ikut andil
dalam kegiatan safari fajar.
Status
sosial seseorang tidak akan menghambat orang tersebut untuk melakukan
aktifitas. Dan status sosial juga tidak menghambat orang tersebut untuk membantu
seikhlasnya. Dari beliau aku belajar setiap pekerjaan jangan dilihat dari upah
atau ongkos yang akan diberikan tetapi satu menjali tugas atau pekerjaan yang memang
sudah kita tekuni itu hendaklah ikhlas. Untuk pembayaran hanya tergantung orang
yang memakai jasa untuk mempertimbangkannya lagi.
Kharisma Sastrawan di Karisma
Oleh: Farninda Aditya
Sudah beberapa kali saya
mendengar keinginan teman-teman di luar Club melihat buku karya Club dilihat
oleh mereka di toko buku bergengsi di Pontianak. Dan akhrinya, toko buku Karisma
lah yang mewujudkannya.
Ini dikarenakan adanya acara bedah buku Kalbar Berimajinasi;
antologi Sastrawan di Kalimantan Barat. Buku ini diterbitkan oleh Club Menulis
STAIN Pontianak dan STAIN Press. Sabtu, 2 Maret 2013. Penulis dari buku yang
bertema lokal Kalimantan Barat berkumpul. Wajah-wajah para sastrawan Kalimantan Barat
melihatkan kharismanya. Kharisma dari karya yang diciptakan tampaknya berhasil
membuat peresensi melirik sisi yang menarik dari Kalbar Berimajinasi saja. Di toko buku Kharisma Mega Mal Pontianak,
kebersamaan sastrawan Kalimantan Barat melihatkan sinarnya.
Jimmy S. Mudya penulis buku puisi
Sandal Kumal mengawali kegiatan ini. Membacakan kisah seorang TKI melalui
puisi. Mengabadikan sejarah masa kecil bersama orang tua si teman yang
kehilangan sumber kehidupan. Sawah telah bercampur limbah. Orang Tua pergi
disampaikan oleh berita. Penulis terkenal seperti Pradono juga ada di sana. Penulis
dari Singkawang inilah yang menjadikan Kalbar Berimajinasi beraura Sastrawan,
tidak hanya itu semarak karya lelaki rambut gondrong itu diperlihatkan lagi
dengan performancenya membaca cerpen berjudul Kamar9B. Karyanya di halaman 117.
Langganan:
Postingan (Atom)