"Alaa lucunyeee", sahut beberapa Panitia Pesantren
Menulis Ramadan 1436 H Club Menulis IAIN Pontianak, Sabtu 20 Juni 2015.
Thoriq adalah peserta dalam pelatihan yang diikuti oleh
remaja masjid, meski belum termasuk kriteria peserta pesantren yakni minimal
SMA Thoriq tetap diikutkan dalam kegiatan sebab kedatangannya di tempat
pelaksanaan menujukan kesungguhannya.
Siswa SD Islam Al Azhar tersebut berkulit putih, hidung
mancung, tubuhnya tegap dan gempal. Dia selalu menunjukan senyumannya. Dari
sesi materi yang diberikan, Thoriq menjadi sorotan, tidak hanya karena ia
paling kecil tetapi ia sering menunjukan responnya dengan penyampaian materi.
Apabila Pemateri melucu ia tertawa, apabila pemateri menyebut setengah kata ia
biasanya yang melanjutnya.
"Kita bisa menulis
apa saja, presiden misalnya", kata Marsita Riandini, pemateri yang
juga seorang wartawan saat menyampaikan materi tentang menulis cerpen. Saat
kata Presiden itu usai diucapkan oleh Penulis Wak Sauk Polling in Lope itu,
Thoriq langsung mengarahkan tangan kanan ke atas, kepalanya ke atas mengikut
arah tangannya dan mengepal 5 jarinya. Thoriq seakan menjadi seorang pemimpin
yang bersemangat, ia menunjukan semangat menulisnya.
Tidak hanya itu, sebeelum pemateri duduk di tempat yang
disediakan, Thoriq bertanya kelada panitia apakah sesi menulis cerpen sudah
dimulai.
"Boleh nulis dah ke?, boleh nulis dah?", katanya
sambil .embalik badan ke belakang menghadap panitia.
"Boleh nulis tentang super hero?" tanyanya lagi,
saat sesi menulis tema Ramadan dan Pontianak dimulai.
"Ya, boleh. Misalnya Superman yang sedang puasa dan
menolong orang", jawab seorang panitia yang menunjukkan kegemasan pada
Thoriq.
Di hari pertama pada sesi menulis Esai Thoriq berhasil
menulis tentang Ramadan berjudul Alarm Sahur dan diterbitkan dalam buku Esai
Ramada Remaja Masjid Pontianak.
"Senang, dan lanjutkan", kesannya tentang
Pesantren Menulis Ramadan 1436 H Club Menulis IAIN Pontianak di akhir acara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar