Rabu, 07 Maret 2012

Karya yang Membuat Semuanya Senang Oleh: Farninda Aditya

nindafarnindaaditya.blogspot.com

Masih terasa, rasa senangnya. Meski sudah berhari-hari rasa senang itu pada menari-nari. Meski  sudah lewat banyak waktu dalam hitungan jam. Tapi, rasanya masih belum bisa juga hilang rasa senang itu. Ya, saya senang. Senang karena  13 buku yang menjadi target anggota Club Menulis terwujud.  Senang, karena launchingnya berhasil, senang juga warga kampus ikut serta dalam acara itu. Senang ini, tidak hanya sekedar senang saja, tetapi dibauri dengan rasa lega.  Seperti hal-hal tadi, lega karena 13 buku yang menjadi target terwujud. Lega karena launching berhasil. 

Rasanya semua yang terwujud ini bukan hanya  untuk kesenangan saja. Tetapi, ada tanggung jawab yang juga ikut dalam proses mewujudkan itu semua. Itulah yang saya rasakan. Sebagai anggota dalam suatu komunitas, yeng pekerjaannya memang bergelut dengan dunia kepenulisan yang menghasilkan karya tulis, dalam bentuk buku utamanya. 

Sebab itulah, saya juga mesti menyadari, keikutsertaan saya di komunitas ini memang harus menghasilkan karya. Itu komitmen yang sudah disepakati secara tidak langsung. Sudah ada dalam diri.  Ikut komunitas yang begini mesti ada karyanya. Karya yang mengabadikan sejarah katanya. Karya yang menuangkan jutaan  kalimat-kalimat. 

Jadi, wajar saja rasanya, ketika semua itu telah terpenuhi rasa lega pun menyeruak. Tanggung jawab sebagai anggota juga sudah saya penuhi. Satu pekerjaan sudah selesai. Jika diibaratkan hutang, hutangnya sudah dilunasi. Leganya pun pasti tak tanggung-tanggung. Tapi, tidak boleh disama-samakan dengan adanya beban. Atau dijalankan karena sudah terlanjur menjadi anggota, jadi mesti memenuhi tanggung jawab. Bagi saya semua ini dijalankan juga karena senang. Semua karena suka. Akhirnya saat karyanya benar-benar tercipta, setelah semua pekerjaan dikerjakan. Rasa, pikiran, tenaga dan waktu diberikan. Saya juga yang merasakan kesenangan itu. Berkarya itu, bukan untuk pertama dan terakhir. Bukan pula untuk mencari kepuasan. Tapi lebih pada mengartikan proses kehidupan . Tepatnya  begitu .
Semuanya juga terlihat senang. Teman-teman di Club, para undangan, Pembina, pembimbing, juga mereka yang ditulis. Termasuk Pak Soedarto yang mengusulkan kami untuk menulis profile pak Abror. Pak Darto bilang, dia senang karena ada wajah pak Abror di buku Club ini. Buku yang berjudul Abdurrachman Abror: Guru Semua Orang. Sesepuh STAIN ini pun, mengatakan bahwa ia akan memberi perhatian khusus pada Club.  Senangya. 

Selain itu, saat kami mengudara di Radio Mujahidin, program I Love Book kalau tidak salah namanya. Mbak Ayu yang memandu juga terlihat takjub saat mendengar judul buku Eksotika Pontianak dan Geliat Ekonomi Pontianak. Mbak Ayu bilang, apakah launching ini ada hubungannya dengan Ulang Tahun Pontianak. Rasanya tidak berlebihan, saat itu saya menjawab kalau ini bisa dikatakan sebagai kado untuk Pontianak.  Semoga Pak Wali jug senang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar