Rabu, 08 Juli 2015

Thoriq Qutuni Peserta Termuda yang Menggemaskan


"Alaa lucunyeee", sahut beberapa Panitia Pesantren Menulis Ramadan 1436 H Club Menulis IAIN Pontianak, Sabtu 20 Juni 2015.
Thoriq adalah peserta dalam pelatihan yang diikuti oleh remaja masjid, meski belum termasuk kriteria peserta pesantren yakni minimal SMA Thoriq tetap diikutkan dalam kegiatan sebab kedatangannya di tempat pelaksanaan menujukan kesungguhannya.
Siswa SD Islam Al Azhar tersebut berkulit putih, hidung mancung, tubuhnya tegap dan gempal. Dia selalu menunjukan senyumannya. Dari sesi materi yang diberikan, Thoriq menjadi sorotan, tidak hanya karena ia paling kecil tetapi ia sering menunjukan responnya dengan penyampaian materi. Apabila Pemateri melucu ia tertawa, apabila pemateri menyebut setengah kata ia biasanya yang melanjutnya.
"Kita bisa menulis  apa saja, presiden misalnya", kata Marsita Riandini, pemateri yang juga seorang wartawan saat menyampaikan materi tentang menulis cerpen. Saat kata Presiden itu usai diucapkan oleh Penulis Wak Sauk Polling in Lope itu, Thoriq langsung mengarahkan tangan kanan ke atas, kepalanya ke atas mengikut arah tangannya dan mengepal 5 jarinya. Thoriq seakan menjadi seorang pemimpin yang bersemangat, ia menunjukan semangat menulisnya.
Tidak hanya itu, sebeelum pemateri duduk di tempat yang disediakan, Thoriq bertanya kelada panitia apakah sesi menulis cerpen sudah dimulai.
"Boleh nulis dah ke?, boleh nulis dah?", katanya sambil .embalik badan ke belakang menghadap panitia.

"Boleh nulis tentang super hero?" tanyanya lagi, saat sesi menulis tema Ramadan dan Pontianak dimulai.
"Ya, boleh. Misalnya Superman yang sedang puasa dan menolong orang", jawab seorang panitia yang menunjukkan kegemasan pada Thoriq.
Di hari pertama pada sesi menulis Esai Thoriq berhasil menulis tentang Ramadan berjudul Alarm Sahur dan diterbitkan dalam buku Esai Ramada Remaja Masjid Pontianak.
"Senang, dan lanjutkan", kesannya tentang Pesantren Menulis Ramadan 1436 H Club Menulis IAIN Pontianak di akhir acara.



Jumat, 03 Juli 2015

Adakan Pesantren Menulis Ramadan 1436 H

 

Menebar Kebaikan Ramadan Melalui Tulisan, itulah tema Pesantren Ramadan 1436 H, Club Menulis IAIN Pontianak. Tahun ini Remaja Masjid Se-Pontianak dan Kubu Raya menjadi peserta kegiatan yang berlangsung sejak 20-21 Juni 2015.

Program yang berlangsung sejak tahun 2012 lalu itu bertujuan agar peserta dapat menulis dan menerbitkan buku. Berhasilnya Rapalan Khatulistiwa Pontianak (2012), Kisah Remaja Melayu Pontianak (2012), Cerita Pontianak, Cerita Kota Kita (2013), Cipta Karya Ramadan (2014) terbit dari program tersebut membuat Biro Media MUI Kalbar yakin untuk bekerjasama pada Pesantren Ramadan Ke empat ini.
"Biro Media MUI Kalbar mempunyai program mencetak buku Islami. Melalui kegiatan Pesantren Menulis Ramadan Club Menulis ini program yang dibentuk tahun 2013 lalu itu dapat dilaksanakan", tutur Ketua Biro Media MUI Kalbar, Dr. Yusriadi.
Dalam kesempatan yang sama, Yusriadi juga menyampaikan bahwa untuk menjadi orang yang maju, mesti membaca dan menulis karenanya jika hal tersebut dilakukan, itulah ciri dari orang yang berpikiran maju. Dosen yang mengajar di IAIN Pontianak itu juga mengatakan bahwa membaca dan menulis adalah pekerjaan mahasiswa.
"Apabila mahasiwa tidak melakukan itu, diragukan identitasnya. Orang yang bahagia adalah orang yang menghayati pekerjaanya, jadi jika mahasiswa tidak menghayati tugas atau pekerjaanya, ia tidak akan bahagia, beban lah hidupnya". Terangnya yang kemudian mengingatkan bahwa umat Islam harus menjadi umat yang maju.
Dr. Hermansyah selaku Wakil Rektor I IAIN Pontianak sekaligus Pembina Club Menulis membuka pesantren secara resmi. Beliau menyampaikan bahwa Club dibentuknya tahun 2010 tersebut bertujuan agar mahasiswa mempunyai keterampilan sebagai penompang gelar sarjananya.
"Sarjana tiap tahunnya bisa mencapai 4000 per tahun dari berbagai perguruan Tinggi di Pontianak. Jika tidak mempunyai keterampilan akan sulit untuk bersaing di dunia kerja", jelasnya
Zainal Aripin, ketua panitia kegiatan menambahkan bahwa pada tanggal 21 Juni, akan ada launching buku peserta Pesantren Menulis, sebab mahasiswa Ilmu Alquran dan Tafsir tersebut yakin bahwa peserta bisa menulis esai dan cerpen sebagaimana pelatihan yang diberikan.
"Setiap kita itu bisa menulis. Menulis bersama membuat penulis bersemangat, berdasarkan pengalaman lalu, Pesantren Menulis selalu berhasil menerbitkan buku. Saya yakin tahun ini juga. Apalagi pemateri kita berkompeten dan sudah terbukti punya karya", yakin pemuda dari Kapuas Hulu itu. 

Jumat, 29 Mei 2015

BUKU TERBARU

BUKU TERBARU CLUB MENULIS IAIN PONTIANAK

MEMPUBLIKASIKAN BUDAYA DAERAH MELALUI LOMBA KARYA TULIS BIDANG PERPUSTAKAAN

Club Menulis Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak telah siap ikut lomba Karya Tulis Bidang Perpustakaan Badan Perpustakaan Kearsipan, dan Dokumentasi (BPKD) Provinsi Kalimantan Barat. Hal tersebut diakui oleh Siti Muslikha satu di antara anggota, (Sabtu/29/15). Lomba tersebut menurutnya menjadi penting untuk mempublikasikan budaya daerah. Ika, panggilannya merasa bahwa lomba dengan tema Kenali, Cintai, dan Lestarikan Budaya Lokal sebagai Identitas Daerah menjadi kesempatan untuk mengenalkan budaya yang hingga kini masih dilestarikan oleh masyarakat tempat tinggal Ika, yakni Sepantai-Sambas.

Lomba yang akan berakhir tanggal 08 Juni ini tidak hanya diikuti oleh Ika, beberapa anggota Club Menulis lainnya juga sudah menyiapkan tulisan. Agar tulisan menjadi lebih baik, pertemuan untuk membahas tulisan lomba dilakukan oleh Club Menulis setiap Sabtu. Pertemuan ini membahas tentang struktur tulisan, isi, alasan-alasan menulis, hal yang menarik dari budaya yang ingin disampaikan. Selain membahas tentang tulisan untuk lomba, pertemuan ini sekaligus diisi tentang teori-teori berkenaan dengan budaya dan pentingnya menulis budaya lokal. Anggota yang memiliki informasi berkenaan dengan tulisan yang digarap dapat berdiskusi untuk menambah bahan tulisan.

Menulis tentang lokalitas memang menjadi ciri dari kelompok menulis yang berdiri dari tahun 2010 ini. Adanya lomba menulis tersebut seakan menjadi ketertarikan tersendiri anggota Club Menulis. Sebagaimana dikatakan oleh Sumama hal yang membuatnya ingin berpartisipasi dalam lomba dikarenakan temanya membahas tentang budaya.

"Ada budayanya, jadi kalau tidak ikut itu bagaimana ya rasanya", jawab Sumama yang kemudian menjelaskan bahwa banyak budaya yang belum diketahui oleh banyak orang sehingga lomba tersebut membuatnya ingin menyampaikan budaya-budaya yang ia ketahui, untuk dikenali, dilestarikan kepada khalayak.

Pembimbing Club Menulis menyampaikan kepada anggota agar ikhlas dalam ikut lomba. Menang atau kalah lomba menjadi pembelajaran dalam menulis.

"Kalau tidak ikhlas, nanti tidak enak makan, tidak enak tidur, nangis, tidak fokus belajar", nasihatnya.