Jumat, 07 Februari 2014

Belajar Bahasa




Oleh: Farninda Aditya

 Saya memilih bahasa sebagai tema tulisan essai yang akan diterbitkan pada hari Senin. Saya pikir tema ini akan membantu saya untuk lebih memahami tentang Linguistik. Ilmu yang mempelajari tentang bahasa tersebut dapat saya hubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Tentu saja bermodalkan dengan bacaan-bacaan berkenaan dengan linguistik yang telah saya konsumsi.

Saya semakin tertarik untuk mendalami ilmu ini setelah membuat makalah berkenaan Nama Tokoh dalam Buku Kalbar Berimajinas: Kumpulan Cerpen Sastrawan Kalimantan Barat. Makalah tersebut membahas tentang pembentukan nama tokoh cerita yang diberi oleh penulis.  Pemberian nama ini dihubungkan dengan semantik yang menelaah tentang makna sedangkan dari morfologinya untuk mengetahui seluk beluk pembentukan nama. Nama-nama yang diberi oleh penulis dapat dianalisis dari jumlah kata nama. Dari kajian linguistik ini pula, identitas kebudayaan dan agama tokoh dapat diketahui melalui nama.

Belajar bahasa, belajar tentang linguistik tidak sama dengan saat belajar bahasa sebagai mata pelajaran di  sekolah. Di ilmu bahasa linguistik, bahasa menjadi objek bahasan. Bahasa yang ditelaah secara bahasa bukan yang lain. Banyak bidang ilmu yang juga membahasa tentang bahasa, namun pendekatan pada bahasa tersebut tidak seutuhnya sebagai bahasa. Misalnya saja Ilmu Susastra yang memandang bahasa sebagai wadah seni baik. Sebagai alat komunikasi manusia, bahasa adalah suatu sistem yang sistematis dan sistemis. Sistemis inilah yang menjadi bagian-bagian lain yang terdiri dari fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik

Melalui buku Abdul Chaer berjudul Linguistik Umum saya belajar tentang teori subsistem linguistik. Bagaimana alat ucap berperan mengeluarkan suara, memperjelas huruf dan kata-kata yang disampaikan oleh manusia ditelaah di dalam fonologi. Ilmu yang mempelajari tentang runtutan bunyi-bunyi dalam bahasa baik bunyi sebagai pembeda makna maupun tidak atau dalam istilah cabang fonologi, fonetik dan fonemik. Fonetik mempelajari bahasa tanpa memperhatikan bunyi memiliki makna atau tidak, sedangkan fonemik mempelajari bahasa dan makna pada bunyi. Bunyi yang dimaksud dalam linguistik bukanlah bunyi yang keluar tanpa sadar. Bunyi yang dibahas dalam linguistik adalah  bahasa, bunyi yang keluar dari hasil alat ucap manusia secara sadar.  

Paru-paru lidah, bibir-bibir dalam ilmu biologi telah diketahui fungsi utama masing-masing organ manusia ini. Paru-paru untuk bernafas, lidah untuk sebagai indera perasa, bibir sepagai alat bicara. Namun, dalam kajian fonologi, organ ini menjadi alat ucap manusia yang menghasilkan bunyi bahasa.  Begitu pula dengan nada suara, jeda dan tidaknya berjeda dalam bicara dibahas dalam fonologi ini.
Memang pengetahuan saya tentang Ilmu Bahasa masih sangat sedikit. Maka dari itu saya mencoba untuk menghubungkan hasil bacaan dengan lingkungan yang saya temui. Dari essai ini juga saya berharap apabila ada pemahaman saya yang keliru, saya mendapat pencerahan dari orang yang lebih mengerti. Dari piliha tema ini pula menjadi cara saya untuk lebih peka terhadap bahasa-bahasa yang saya temui di lingkungan sekitar.
Sejak PDKT dengan Ilmu bahasa saya mulai merasa peka pada penggunaan bahasa-bahasa dalam kegiatan sehari-hari. Tulisan-tulisan di reklame, papan nama, atau spanduk yang dilihat saat perjalanan dicoba untuk dianalisis. Terutama dari penulisan EYD. Hal ini berhubungan dengan seluk beluk kata yang dipelajari dari cabang ilmu linguistik yakni morfologi. Proses afiksasi berupa proses pembubuhan afiks dan makna gramatikal sering kali ditemui dalam penulisan-penulisan di papan nama, media publikasi lainya yang mudah ditemui di lingkungan. Apalagi pada saat masa kampanye wakil rakyat saat ini. Banyak sekali penggunaan bahasa yang dapat diamati melalui.
Semoga melalui tulisan ini pemahaman saya berkenaan bahasa akan lebih baik lagi ke depanya. Semoga apa yang saya sampaikan dapat bermanfaat untuk pembaca


Tidak ada komentar:

Posting Komentar