Kamis, 07 November 2013

Kharisma Sastrawan di Karisma



Sudah beberapa kali saya mendengar keinginan teman-teman di luar Club melihat buku karya Club dilihat oleh mereka di toko buku bergengsi di Pontianak. Dan akhrinya, toko buku Karisma lah yang mewujudkannya. 

Ini dikarenakan adanya acara bedah buku Kalbar Berimajinasi; antologi Sastrawan di Kalimantan Barat. Buku ini diterbitkan oleh Club Menulis STAIN Pontianak dan STAIN Press. Sabtu, 2 Maret 2013. Penulis dari buku yang bertema lokal Kalimantan Barat berkumpul.  Wajah-wajah para sastrawan Kalimantan Barat melihatkan kharismanya. Kharisma dari karya yang diciptakan tampaknya berhasil membuat peresensi melirik sisi yang menarik dari Kalbar Berimajinasi saja.  Di toko buku Kharisma Mega Mal Pontianak, kebersamaan sastrawan Kalimantan Barat melihatkan sinarnya. 

Jimmy S. Mudya penulis buku puisi Sandal Kumal mengawali kegiatan ini. Membacakan kisah seorang TKI melalui puisi. Mengabadikan sejarah masa kecil bersama orang tua si teman yang kehilangan sumber kehidupan. Sawah telah bercampur limbah. Orang Tua pergi disampaikan oleh berita. Penulis terkenal seperti Pradono juga ada di sana. Penulis dari Singkawang inilah yang menjadikan Kalbar Berimajinasi beraura Sastrawan, tidak hanya itu semarak karya lelaki rambut gondrong itu diperlihatkan lagi dengan performancenya membaca cerpen berjudul Kamar9B. Karyanya di halaman 117.


Memang tidak semua Sastrawan berkumpul di sini. Seperti Saifun Arif Kojeh, E.Widiantoro, Riani Kasih, Redia Yosianto,  dan penulis lainnya. Tetapi keberadaaan Prodono, Mardian Sagiant, Fitriani Bulovee, Zani El Kayong, Mahabbahtusy Syuaraa telah mewakili kebersamaan sastrawan Kalbar Berimajinasi. Terlebih dalam acara yang digelar oleh Lingkar Studi Budaya (LSB) ini ketua panitianya juga Sastrawan, Ahmad Asma Dz. Lantai II, toko buku Karisma pun semakin mendukung kegiatan ini. Di berbagai sudut ruangan semua adalah buku. Buku-buku Sastrawan terkenal  dari nasional dan internasional terpajang. Sastrawan Kalbar berkumpul, peserta yang datang mendengar bagaimana keberagaman lokalitas diceritakan oleh penulis di buku tersebut.

Kata-kata “dahsyat” juga tak sekali dua kali diucapkan oleh pemerhati sastra Dedy Ari Asfar. Beliau yang menjadi pencetus dari adanya Kalbar Berimajinasi tampak senang diterbitkan, dibedah, dan diapresiasinya buku yang dieditorinya itu.  Kebahagiaan beliau semakin dahsyat dengan nama-nama penulis yang berstatus “Itu mahasiswa saya”. Tentu itu membanggakan.

Budi Rahman, Jurnalis dari harian Borneo Tribune memberikan beragam respon positif dari buku yang covernya menunjukkan peta Kalimantan Barat itu. Menurutnya Kalbar Berimajinasi memberikan muata moral yang sangat luar biasa. Penulis buku Kutukupret ini juga mengajak merenungkan  kondisi alam Kalimantan Barat saat ini. Hari ke dua bulan Maret itu memang terasa sangat panas, Kalimantan dikenal sebagai pulau yang memiliki hutan banyak. Namun, keadaan tersebut memberikan kenyataan yang beda. Dan cerita dalam Kalbar Berimajinasi mengingatkan bahwa manusia sudah banyak yang tak menjaga hutannya. 

Kalbar Berimajinasi menunjukkan keintelektualan di dalamnya, itulah yang dikatakan oleh Kharul Fuad. Peneliti dari Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Barat ini menunjukkan adanya riset di dalam cerita-cerita salah satu yang disebutkan ialah Parit Lintang yang ditulis oleh Ffate’. Cerita tentang seorang gadis dan kenangannya bersama parit. Tempat ia berenang dan meluapkan berbagai ekspresi saat bertemu air. Sejarah nama parit,  warna, keadaan dan rasa air ketika pasang atau pun surut.

Sang moderator pun juga bukan orang biasa, beliau dikenal pula sebagai sastrawan Kalbar, motivator menulis hingga di pedalaman Kalimantan Barat, Nano L. Basuki mengendalikan acara hingga senja tiba.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar