Kamis, 07 November 2013

Pelajaran dari Pak Becak



Setengah jam, aku menunggunya.  Mau nelfon tak punya nomornya, terhapus pula’ gerutu ku dalam hati. Ku mulai melihat nama-nama kontak di hp dan ku cari nama Mba. Ya mba saya lupa bukanya dia yang menlfonnya tadi malam kenapa tidak saya tanyakan ke dia?
Mba tukang becaknya belom datang. Udah setengah jam nunggu, ku kirim pesan singkat ku ke Mba.
Iya bapaknya lagi diperjalanan.

Setelah membaca balasan sms baru saya tenang.
Pak Yusuf, adalah seseorang yang sangat luar biasa menurutku.Umurnya kira-kira enam puluh tahun menurut ku. Perjumpaan ku tiga bulan lalu , ketika saya dan Mba kebingungan untuk membawa hasil belanjaan, karna mobil yang biasa kami gunakan sudah satu minggu  rusak.
Hari itu, kami menanyakan ke tukang parkir pasar flamboyan. Ada tidak tukang becak yang mau mengantarkan barang kami di parit haji husin 1 tanya kami ke tukang parkir.  “Ada di sebarang jawabnya,  Pak haji panggilnya ke tukang becak yang di maksud. Segera mungkin dia berlari menghampiri di mana aku dab Mba berdiri. Biri-buru ku tanyakan kepadanya.” Bisa antarkan belanjaan kami ke Paris satu Pak? Bisa jawabnya,sambil menganggkat belanjaan kami ke becaknya.
Berapa Pak? Tanya Ku saat dia selesai membawa belanjaan ku.
Terserah, seikhlasnya saja.
Aku saling pandang dengan mba, tanda kebingungan mau memberikan berapa yang harus kami bayar atas jasa angkutanya. Jawaban yang tak aku sangka-sangka karna sangat berbeda dengan tukang becak yang aku tanyakn satu hari yang lalu.
Hari ini aku kembali menggunakan jasa nya. Dan rasa kagumku ke sosok orang penarik becak ini ketika beliau meminta maaf atas keterlambatnnya untuk datang mengambil barang-barang belanjaanku.
“Maaf bapak terlambat! tadi subuh ada kegiatan safari fajar mendadak. Tadi malam sekitar jam sepuluh baru di beberi tahu ke saya. Jadi setengah enam baru selesai acaranya. Tuturnya ke aku.
Selain murah hati, beliau juga aktif sebagai jamaah masjid dan sekaligus ikut andil dalam kegiatan safari fajar.
Status sosial seseorang tidak akan menghambat orang tersebut untuk melakukan aktifitas. Dan status sosial juga tidak menghambat orang tersebut untuk membantu seikhlasnya. Dari beliau aku belajar setiap pekerjaan jangan dilihat dari upah atau ongkos yang akan diberikan tetapi satu menjali tugas atau pekerjaan yang memang sudah kita tekuni itu hendaklah ikhlas. Untuk pembayaran hanya tergantung orang yang memakai jasa untuk mempertimbangkannya lagi.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar